MAU DUIT?!!!

Jumat, 23 Maret 2012

pilsafat umum

1.      Pengertian filsafat
Banyak ahli mengenai kandungan filsafat sebagai berikut :
A.     Plato (427 – 347 SM) mengatakan bahwa :
Filsafat itu tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
B.     Aristoteles (384 – 322 SM) berpendapat bahwa :
Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
C.     Al Farabi (wafat 950 M) mengatakan bahwa :
Filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarny.
D.     Harold H. Titus
Mengemukakan 4 pengertian tentang filsafat ialah :
1)      Satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta
2)      Satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan aqliah
3)      Satu perangkat masalah
4)      Satu perangkat teori atau sistem pemikiran
E.      Prof. Dr. N. Drijarkara S.J. (1913 – 1967) menulis :
Filsafat adalah fikiran manusia yang radikal, artinya : dan dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat “yang diterima saja” mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis.[1]
F.      Drs. H. Hasbullah Bakry, menyampaikan rumusan sebagai berikut :
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya. Sejauh yang dapt dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu sendiri setelah mencapai pengetahuan itu.[2]

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakikat kebenaran sesuatu.[3]
Filsafat dapat diartikan berdasarkan 2 segi yaitu :
1)      Segi semantic
Yaitu filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa yunani, yakni philosophia dan philosophos, Sophia atau shops berarti pengetahuan
2)      Segi praktik
Yaitu filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.[4]

Mengemukakan 5 pengertian mengenai filsafat adalah sebagai berikut :
1)      Sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis
2)      Suatu proses kritk dan pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi
3)      Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan
4)      Sekumpulan problem-problem yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat
5)      Analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti kata dan konsep-konsep.[5]

Orang yang pertama kali mengemukakan filsafat adalah Pythagoras (572 – 497 SM), ketika itu ia ditanya oleh Leon tentang pekerjaannya, ia menjawab sebagai philosophis artinya pecinta kearifan atau kebijaksanaan.
Ada beberapa cirri bagi filsafat :
a.       Persoalan filsafat bercorak sangat umum
b.      Persoalan filsafat tidak bersifat empiris
c.       Menyangkut masalah-masalah asasi [6]

Kesimpulan
Saya lebih setuju dengan pendapat Dr. H. Hasbullah Bakry bahwa filsafat itu adalah ilmu yang menyelidiki atau mempelajari segala sesuatu dengan mendalam dan dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan baik dengan cara mempelajari alam semesta dan manusia sehingga menghasilkan hakikat kebenaran segala sesuatu.

2.      Cara mempelajari filsafat
Pada zaman modern ini pada umumnya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat itu, dari dua macam cara yaitu :
a.       Mempelajari sejarah perkembangannya sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis)
b.      Mempelajari isi yakni mempelajari lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis)[7]

Ada tiga macam metode mempelajari filsafat yaitu :
a.       Metode sistematis yaitu :
Pelajar menghadapi karya filsafat
b.      Metode histori, yaitu :
Digunakan bila para pelajar mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya, jadi sejarah pemikiran.[8]
c.       Metode kritis, yaitu :
Digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif.[9]
           
Sumber yang menjadi kajian filsafat adalah al qur’an dan hadits. Kedua sumber ini menjadi landasan utama bagi pemikiran filsafat. Adapun sumber lainnya terdiri atas ijma’ dan qiyas dan qiyas syar’I sebagai sumber sekunder.[10]
Adapun pada garis besarnya ada 2 cara dalam bentuk kata kerja bukan kata benda :
1)      Pendekatan terhadap wahyu
Sebagai wahyu, al qur’an berisi ayat-ayat yang mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk mencari kebenaran dan yang jelas, al qur’an memakai alat dalam bentuk kata kerja bukan kata benda.[11]
2)      Pendekatan terhadap sejarah
Cara ini digunakan untuk mengkaji pemikiran ulama (cendekiawan) Islam di masa silam.
Melalui pendekatan sejarah diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam di zaman silam, perkembangan pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan serta latar belakang yang mendorong lahirnya konsep-konsep tentang rancangan pendidikan.[12]
           
Menurut dalam buku Dr. Jalaludin & DRs. Usman Said, cara mempelajari filsafat itu ada dua cara, yaitu :
1)      Pendekatan terhadap wahyu,
Dan kita semua tahu kalau al qur’an itu adalah wahyu dari Allah SWT dan berisi ayat-ayat yang mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk mencari kebenaran.
2)      Pendekatan terhadap sejarah
Melalui pendekatan sejarah dan cara ini digunakan untuk mengkaji pemikriran ulama Islam  di masa silam yang mendorong lahirnya konsep-konsep tentang rancangan pendidikan.

3.      Objek filsafat
Di bab 5 (ilmu pengetahuan) yang lalu antara lain telah kita bicarakan, bahwa ilmu pengetahuan itu ditentukan oleh objeknya, baik objek material maupun objek formanya.
Yang dimaksud objek material filsafat adalah segala sesuatu yang sudah menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
Yang dimaksud objek forma filsafat tiada lain adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek material filsafat. (yakni segala sesuatu  yang telah ada dan mungkin ada)
Dari uraian yang tertera di atas jelaslah bagi kita bahwa :
1)      Objek material filsafat adalah sarwa yang ada. Yang pada garis besarnya dapat kita bagi atas 3 persoalan pokok :
a.       Hakikat tuhan
b.      Hakikat alam
c.       Hakikat manusia
2)      Objek forma filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akar-akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa yang ada)[13]
4.      Timbulnya filsafat
Mesir dan irak telah mengembangkan tingkat peradaban yang tinggi jauh sebelum yunani.
Kita pun mengetahui pula bahwa filsafat yunani yang mula-mula amat dipengaruhi oleh hikmah purba mesir
Plato dalam tulisan-tulisan menimba hikmah (Maxims) para pendeta mesir dengan cara yang menunjukkan betapa otoritas mereka itu sebagai sumber pengetahuan yang tidak dapat disangkal.[14]
Bahkan aristoteles maju lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa para pendeta mesir purba adalah para filsuf yang pertama di dunia ini.
Hal ini menjadi mungkinnya untuk mencari jejak filsafat pada satu periode lebih duu daripada yunani purba dan menentukan hakikat dan ruang lingkup perkembangan pada tingkat atau masa itu.[15]
Ada 4 hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat yaitu :
1)      Ketakjuban
Ingin tahu tentang filsafat
2)      Ketidakpuasan
Ingin selalu mendapatkan pengetahuan tidak pernah merasa cukup
3)      Hasrat bertanya
Selalu bertanya tentang hal yang baru yang dia belum tahu
4)      Kebenaran[16]

Dalam sejarah filsafat lazim dikatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari :
1)      Pengetahuan itu kita bawa lahir bersama
2)      Kita peroleh dari budi
3)      Berasal dari indra, khususnya yaitu penglihatan, pendengaran, ciuman dan rabaan
4)      Berasal dari penghalatan langung atau ilham.[17]

Kesimpulan
Menurut jan Hendrik Rafel, filsafat itu timbul karena ada 4 hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat yaitu :
a.       Ketakjuban
b.      Ketidakpuasan
c.       Hasrat bertanya
d.      Keheranan

5.      Manfaat filsafat
Nampaknya filsafat telah berubah fungsinya dari sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat.
Oleh karena itu filsafat pendidikan bermanfaat sebagai upaya mempercepat keahlian masyarakat dan harapan produktifitas, keinginan yang serba banyak, permasalahan yang serba semu, uraian-uraian abstrak, dasar-dasar yang hampa dan petunjuk-petunjuk yang kurang praktis operatif.[18]
Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa di mana kita hidup melainkan pembimbingnya maju.

Manfaat filsafat adalah :
Kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menentukan serta menuntun pada jalan-jalan baru.
Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan seseorang, asal safa kepercayaan tersebut tidak tergantung pad akoperasi yang pra ilmiah, yang sempit, dan yang gratis.
Soerjabrata yang mempelajari filsafat untuk mempertajam pikiran.[19]
Filsafat setidaknya harus mampu member manfaat bagi pendidikan Islam berupa :
1)      Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.
2)      Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus
3)      Memberi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh
4)      Member sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan.
5)      Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dalam hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, politik, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.[20]
Saya lebih setuju menurut buku Endang Syaifudin Anshari karena manfaat filsaft itu memang bukanlah bertugas sekedar mencerminkan semangat manusia, tetapi manfaat filsafat itu ialah untuk mempertajam pemikiran di mana filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Atau lebih jelasnya tujuan filsafat itu adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berfikir, etika (perilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).



Dasar-dasar pemikiran
1)      Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap dan bertindak.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan denagn kegiatan berfikir dan bukan dengan perasaan, meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir menyadarkan diri pada penalaran.[21]
Jadi penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan berfikir, maka penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu sebagai berikut :
a.       Adanya suatu pola berfikir yang secara luas disebut logika.
b.      Sifat analitik dari proses berfikirnya.[22]
Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berfikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut, adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal :
a.       Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan berfikir yang melatar belakangi informasi tersebut.
b.      Kemampuan berfikir manusia menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Perasaan merupakan suatu penerikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran, kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah intuisi.[23]
Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran, penaralan itu erat dan dekat sekali. Artinya dengan penyipulan argument dan bukti. Proses penalaran meliputi aktifitas mencari profesi untuk disusun menjadi premis, menilai hubungan profesi di dalam premis itu dan menentukan konklusinya.[24]
           
Kesimpulan
Menurut buku Jujun S. Suriasumatri penalaran adalah cara seseorang berpikir untuk memecahkan suatu masalah dan seseorang itu menarik kesimpulan dengan menggunakan pikirannya secara berfikir menalar dan bukan dengan perasaan. Penalaran itu tidak jauh dari logika.

2)      Logika
Suatu proses penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, cara penarikan kesimpulan ini disebut logika.
Secara meluas logika dapat didefinisikan sebagai :
“pengkajian untuk berfikir secra sahih”
Terdapat 2 jenis cara penarikan kesimpulan
a.       Logika induktif
Erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari khusus-khusus individu nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
b.      Logika deduktif
Yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari  hal yang bersift umum menjadi khusus yang bersifat individual (khusus)
Dari kenyataan-kenyataan kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dan mempunyai dua keuntungan :
a.       Bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, dengan demikian kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa kenyataan.
b.      Pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses pendidikan.[25]
Logika sebagai ilmu pengetahuan, sebagai kumpulan dari kaedah-kaedah yang memberikan jalan (sistem) berpiral yang teratur, maka logika juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang praktis. Sebenarnya ini tidak benar seratus persen, sebab logika bukanlah member resep berfikir seperti buku ilmu masukan-masukan yang disepakati benarnya dalam praktek.
Setelah meninjau cirri-ciri tentang pekerjaan logika di atas, maka dapatlah dirumuskan definisi dari ilmu (pengetahuan) logika itu sebagai berikut :
a.       Logika ialah
Ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
b.      Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara-berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.
c.       Logika ialah ilmu pengetahuan, yang mempelajari pekerjaan akal dipandang dari jurusan benar atau salah.[26]
Logika secara terminology mempunyai arti :
Ilmu yang memberikan aturan-aturan berfikir valid (sahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berfikir valid (menurut aturan / sahih). [27]


Kesimpulan :
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu dengan proses berfikir yang teratur dan juga logika itu proses penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) yang dilakukan menurut segala sesuatu yang perlu dipikirkan. Atau yang perlu untuk proses penarikan kesimpulan. Menurut buku Jujun S. Suria Sumantri.

3)      Sumber pengetahuan
Cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar adalah, sebagai berikut :
1.      Mendasarkan diri kepada rasio
Kaum rasio menggunakan metode deduktif dalam menuliskan menyusun pengetahuannya, premis yang dipakai dalam penalarannya didapat dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima
2.      Mendasarkan diri kepada empirisme / pengalaman
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkrit.
Kaum empiris menggunakan metode induktif, di samping rasionalisme dan empirisme masihh terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain, yang penting untuk kita ketahui adalah intuisi dan wahyu (intuisi)
Seperti halnya berdasarkan teori koherensi, bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati “adalah suatu pernyataan yang benar, mkaa pernyataan bahwa “si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati, “adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespondensi di mana eksponen utamanya adalah Bertrand Rosell (1872 – 1970) bagi penganut yang dikadung pernyataan itu berkorespondensi (perhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi teori koherensi dan teori korespondensi kedua-duanya dipergunakan dalam cara berfikir iolmiah.
Sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukng suatu pernyataan tertentu menggunakan teori kebenaran yang disebut teori kebenaran pragmatis.[28]
           
            Kesimpulan :
Menurut buku Jujun S. Suriasumantri bahwa kriteria kebenaran itu adalah sesuatu hal yang jelas dinyatakan benar, baik kriteria kebenaran itu memiliki beberapa teori yang menyatakan kebenaran berdasarkan sesuai teori yang dipakai.
Yaitu teori koherensi dan teori pragmatis.
-         Teori koherensi : di mana eksponen utamanya atau sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dan dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.
-         Teori pragmatis. Suatu pernyataan dan kesimpulan proses pembuktiannya secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan yang benar.[29]
Merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu, atau bisa juga intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar artinya jawaban atas sesuatu permasalahan ditemukan tidak ada waktu orang tersebut secara sadar sedang mengkritis institusi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.[30]
Wahyu; merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang ghaib (supernatural) kepercayaan kepada tuhan  yang merupakan sumber pengetahuan kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap pengetahuan ini.[31]

Kesimpulan :
Menurut Jujun S. Suriasumantri sumber pengetahuan itu banyak sekali, caranya untuk manusia mendapatkan pengetahuan misalnya mendasarkan kepada rasio, mendasarkan diri kepada pengalaman, intuisi dan wahyu.
Jadi kalau kita ingin mendapatkan pengetahuan kita harus memliki pengalaman-pengalaman yang konkrit dan dapat dinyatakan lewat tanggapaan pancaindera manusia.
Bisa juga dibilang kalau cara mendasarkan kepada kriteria contoh : teori koherensi : ada seorang anak yang berbohong, dia berkata bahwa 4 + 4 = 7, dua hari yang lau dia berkata 5 + 2 = 7, kemarin dia berkata 6 + 1 = 7, bukanlah semua ini tidak benar?
Permasalahan yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang disebut teori kebenaran, apakah persyaratana gar suatu jalan pemikiran menghasilkan kesimpulan yang benar? Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar. Mengapa hal ini kita sebut benar?
Sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dan dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.

Perbedaan antara ilmu, filsafat dan agama
Ilmu, atau lengkapnya disebut ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu kenyataan yang tersusun sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengalaman dan percobaan-percobaan.
Filsafat adalah pengetahuan tentang suatu yang non empiric dan non eksperimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan pikirannya yang mendalam, mengenai objek materialnya, tida berbeda dengan ilmu pengetahuan, yakni mengenai apa saja, adapun yang berbeda adalah mengenai objek formalnya.
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia berbagai hal kehidupan manusia dan linkunganya. Jadi kebenran agama bukan merupakan hasil usaha manusia, manusia tinggal menerima begitu saja sebagai paket tuhan.[32]

Hubungan antara ilmu, filsafat dan agama
Ilmu filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia, dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri manusia.
Tiga alat tenaga utama manusia adalah : akal piker, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Ilmu dan filsafat dapat berkembang dan bergerak berkat akal pikiran manusia. Akan tetapi ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong dan dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat dalam diri manusia.[33]

Filsafat dan kebudayaan
Apabila kita perbandingkan definisi kebudayaan dalam filsafat keduanya bertemu dalam hal berfikir. Kebudayaan adalah cara berfikir, sedangkan filsafat berfikir secara sistematis.[34]







                      












1.      Thales (625 – 545 SM)
a.        Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran thales ialah " semuanya itu air". Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar (principe) segala- galanya.
Bagi thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang terjadi, tetapi juga  akhir dar segala yang ada dan yang jadi itu. Di awal air di ujung air.
Sekianlah tentang filosofis Yunani yang pertama itu. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air ! Air asal dan akhir. [35]
b.        Menurut Thales prinsip ini  adalah air, semuanya berasal dari air dan semunya kembali lagi menjadi air. Mungkin Thales beranggapan demikian karena air mempunyai berbagai bentuk : Cair, beku, uap.
Pokok ajaran lain yang dilaporkan Aristoteles ialah bahwa menurut  Thales  bumi terletak di atas air. Ini harus dimengerti dalam hubungan dengan anggapan bahwa semuanya berasal dari air. [36]
c.        Menurut Thales : yang azal adalah Allah sebab dia tidak dijadikan asal dari segala benda adalah air, Thales berpendpaat sebagai yang diterangkan oleh Aristoteles bahwa asal dari smeua benda (Almaujudat ul madidiyah) ialah air. Semua dari  air akan kembali  menjadi air. Jadi air adalah asa dari segala benda yang ada dan yang jadi, dan juga akhir dari segala yang ada yang jadi itu. [37]
d.        Menurut Thales, asas pertama yang menjadi asa mula segala sesuatu adalah air, thales berpendapat bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Air tampak sebagai benda halus (uap), sebagai benda cair (air), ada sebaga benda yang keras (es).[38]
e.        Menurut Thales adalah : bahwa dasar pertama atau intisari dalam air, filsafat jiwa : thales beperndapat bahwa :  tak ada yang memisahkan antara hidup dan mati. Semuanya satu thales percaya bahwa segala sesuatu benda itu berjiwa, benda  bisa berubah rupanya, bisa timbul dan bisa hilang, semua itu atas kodratnya sendiri.
Kalau kita lihat filsafat thales tersebut  masih animisme, animisme ialah suatu kepercayaan, bahwa semua benda berjiwa.[39]
f.          Menurut keteranagn Aristoteles kesimpulan ajaran thales atau semuanya itu air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan jasa, (principle) segala-galanya semuanya barang terjadi dari air dan semuanya kembali pula ke air. [40]

2.      Zeno (490 – 430 SM)
a.       Zeno mulai mengemukakan sutau hipotesisi yaitu salah satu anggapan yang dianut  pelawan-pelawan penenindes lalu ia menunjukkan bahwa dari hipotesis iu harus ditarik kesimpulan-kesimpulan yang mustahil, jadi ternyata hipotesiis semula tidak benar. Dan itu berarti bahwa kebaikannya harus dianggap benar. Menurut metode zeno membuktikan bahwa  kebaikannya harus dianggap benar. Menurut metode zeno membuktikan bahwa adanya ruang kosong, pluralitas dan gerak sama-sama mustahil.
a)      Argumentasi melawan ruang kosong
b)      Argumentasi melawan plurasitas
c)      Argument melawan gerak.[41]
b.      Zeno mempertahankan ajaran gurunya tidak dengan menyumbang keterangan, melainkan dengan membalikan serangan terhadap dalil-dalil lawanya. Menurut dia :
-         terhadap yang satu dan tetap, yang dikemukakan oleh paramides, lawanya menunjukan yang lahir, yang menyatakan yang banyak dan yang berubah-ubah.
-          Terhadap paham yang mengatakan bahwa, yang banyak itu ada, ia berkata: jika benar ada yang banyak itu ia dapat dibagi-bagi.
-         Terhadap paham yang mengatakan, ada ruang, zeno berkata : jika yang ada itu berada dalam ruang, ruang itu sudah tentu tempatnya dalam ruang juga.
Zeno mengemukakan paradox, keterangan yang mengandung pertentangan itu, semata-mata untuk menyatakan bahwa kalau yang ada itu dipandang sebagai " yang banyak" dasar keterangannya mengandung sifat yang berlawanan.[42]
c.       Menurut Zeno gerak adalah suatu khayalan, dan bahwa tidak ada kejamakan serta tiada ruang kosong, ada bermacam-macam ulasan yang dikemukakan untuk membuktikan, bahwa gerak adalah satu khayalan. Diantaranya adlaah, bahwa : akhiles, pelajari termasyur yunani, tidak akan pernah dapat mengajar seekor kura-kura yang berjalan didepannya dalam jarak tertentu. Sebab setiap kali akhiles sampai di tempat kura-kura mulai berjalan, kuran-kura itu sudah meninggalkan tempat startnya. Demikian itu terjadi terus-menerus. [43]
d.      Menurut zeno berkata " kalau ada yang banyak tentu dia data dibagi-bagi. Hasil bagi itu pun dapat pula dibagi-bagi, sampai tiap-tiap bagian itu sudah  jadi begitu kecil, hingga tiada mempunyai bagun lagi, denganlain perkataan ia menjadi sekecil titik yang tiada mempunyai besar dan bangun. [44]
e.       Menurut zeno, dialektika, yiatu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengadaian atau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan dalam melawan penatangan-penantangannya. Kesimpulan yang diajukan oleh zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah. Menurut zeno bergerak itu sebenarnya tidak ada dan tidak mungkin. Jika orang melepaskan anak panah, terlihat gerak anak panah itu yang dilihatnya tidka lain dari hal : anak panah itu sekarang ini adalah ada disini, disitu kemudian disana, jadi bukan gerakannya yang terdapat melainkan yang merupakan realitas ialaha danya. [45]
f.        Zeno menyatakan jika keterangan orang yang membantah dirinya tekan salahnya, maka pendirian gurunya (parmenides) benar dengan sendirinya dan sikap yang dipakai oleh zeno atau meneruskan keterangan lawanya sampa selanjut-lanjutnya, sehingga akibatnya bertentangan satu sama lain, uraian itu rupanya seperti bertele-tele, tetapi juga jika diperikas lebih  dalam, ia menunjukkan berbagai kesukaran dalam logika. [46]

3.      Socrates (470 – 399 SM)
a.       Menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak tergantung pada saya atau pada kita, ia hanya memperhatikan hidup praktis saja yaitu tingkah laku manusia, itulah sebabnya lebih cepat kita merumuskan keyakinan Socrates dengan mengatakan bahwa menurut ia bukan sembarang tingkah laku boleh boleh disebut baik, ada kelakuan yang baik juga ada yang kurang baik, ada yang pantas dan juga yang jelek.[47]
b.      Menurut filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran, yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup, filosofinya mencari kebenaran. Olehkarena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan, ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir.
Socrates berpendapat, kebenaran itu tetap dan harus dicari, dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan Tanya jawab, Socrates mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap dari pada sesuatunya. [48]
c.       Menurut Socrates alat untuk mencapai eudaimonia atau kebahagiaan ialah kebijakan atau keutamaan (aretc), pendirian Socrates yang terkenal adalah " keutamaan adalah pengetahuan", keutamaan dibidang hidup baik tentu menjadikan orangd apat hidup baik itu,jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia. [49]
d.      Ajaran Socrates dipustkan kepada manusia ia mencari pengertian yang murni dan sebenarnya : pengertian sejati ialah dengan mengamat-ngamati  yang konkrit dan bermacam-macam coraknya dan setelah kemudian dihilangkan yang berbeda dan muncul yang sama, maka timbullah pengertian yang sejati itu. [50]

4.      Parmenides (540  475 SM)
a.       Menurutnya yang satu itu tidak dipandangnya sebagai persatuan tuhan dan alam, melainkan sebagai adanya yang sepenuh-penuhnya yang lahir itu ada ! dalam persatuan tuhan dan alam tidak ada yang banyak sebagai jumlah satu-satunya.  Sebagai pokok pendiriannya disebutnya, bahwa ada kebenaran-kebenaran yang bulan, kebenaran yang sepenuhnya. [51]
b.      Menurut Parmenindes yang satu menurutnya tidak dipandang sebagai persatuan yang utuh-seutuhnya yang lahir itu ada dalam persatuan tuhand alam alam tidak ada  yang banyak sebagai jumlah satu-satunya, ajarannya tentang yang ada Parmenides mengakui adnaya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-berubah, serta pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-ubah, serta pengetahuan mengenai yang tetap. [52]
c.       Menurut dia bahwa " yang ada " itu ada, itulah satu-satunya kebenaran " yang tidak ada" tidak mungkin merupakan objek bagi pemikiran kita dan kita tidak bisa berbicara tentangnya. Kebenaran yang diuraikan tadi mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang tidak kecil, pertama-tama, yang ada adalah satu dan tak terbagi pluralitas (kemajemukan) tidak mungkin. Tentu saja, karena tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan " yang ada", berikutnya yang ada bersifat kekal dan tidak akan dimusnahkan, dengan kata lain, yang ada bersifat kekal dan tak terubahkan lantas harus dikatakan bahwa " yang ada itu sempurna". [53]
d.      Parmenides mengatakan bahwa kebenaran atau satu, namun berbeda atau dari orang mengatakannya, ada kebenaran yang dikatakan dengan rendah hati dan ada kebenaran yang disampaikan secara terror dan paksa. [54]

5.      Protogoras (480 - 411 SM)
a.       Menurut ia manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Untuk itu hal-hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada. Dan tiap-tiap Negara mempunyai kebiasaan sendiri. " mengenai dewa-dewa saja tidak merasa sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak". [55]
b.      Bagi Protogoras " mausia itu adlaah ukuran bagi segalanya, bagi yang ada karena adanya, bagi yang tidak ada karena tidaknya. Maksudnya bahwa semuanya itu harus ditinjau dari pendirian manusia sendiri-sendirinya. Kebenaran umum tidak ada. [56]
c.       Intisari dari filsafatnya ialah : bahwa manusia menjadi ukuran bagi segala sesuat, bagi segala hal yang adan dan tidak ada adanya sesuatu, artinya, apakah sesuatu benar atau tidak ? hal itu tergantung kepada orangnya, menurut Protogoras, Negara didirikan oleh manusia, bukan karena hukum alam, guna mengatasi kesukaran0kesukaran yang timbul oleh hidup bersama itu mereka menciptakan apa yang disebut keadilan (dike) dan hormat terhadap orang lain (aides). [57]
d.      Filsafat Protogoras dapat dirumuskan sebagai berikut :
-         Bagi Protogoras manusia adlaah ukuran segalanya bagi yanga da karena adanya, bagi yang tak ada karena tidaknya.
-         Bagi Protogoras kebenaran umum tidak ada, maksudnya bahwa semua itu harus  ditinjau dari pendirian manusia sendiri-sendirinya, pandangan beubah-ubah menurut yang benar sekarang, besok tidak lagi.
-         Tentang dewa, dewa yang dihormati orang grik pada waktu itu ia berkata bahwa ia tidak tahu ada atau tidak ada. [58]

6.      Gorgias ( 480 – 380 SM)
  1. Menurut ada tidak ada yang benar baginya, sebab itu ia disebut nihils, dasar yang dikemukakannya sebagai alasan meniadakan ada tiga yaitu :
a)      tak ada sesuatunya, sebab kalau ada sesuatunya,mestilah ia terjadi dan ada pula  selama-lamanya, mestilah ia terjadi dan pula selama-lamanya.
b)      Jika sekiranya ada sesuatu ia takd apat diketahui sebab jika ia buah pikiran, dan yang tidak ada sekali-kali tidak dapat masuk adlaam pikiran.
c)      Jika kirangya kita mengetahui sesuatumya, pengetahuan itu tidak dapat kita kabarkan kepada orang lain. Tiap-yiap gambaran berlainan dari pada barang yang digambarkan.[59]
  1. Menurut dia tak terdapat sesuatu yang ada, jika sekiranya terdapat yanga da itu, kita tak dapat  tahu akan ada itu jika sekiranya tahu juga kita tak mungkin memberitahukan. [60]
  2. Gorgias menulis suatu buka yang berjudul tentang yang tidak  ada atau tentang alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian:
a)      tidak ada sesuatu pun
b)      seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal,
c)      seandainya sesuatu dapat dikenal maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain, ketiga pendirian ini disokong dengan banyak argument. [61]
  1. karyanya yang terkenal ialah " tentang alam atau tentang yang tidak ada", dari bukunya itu tampaklah bahwa ia adalah seoang nihils. Baginya tidak sesuatupun yang ada, seandainya ada sesautu, sesuatu itu tidak dapat dikenal. Seandainya sesuatu itu dapat dkenal, pengetahuan itu dapat disampaikan kepada orang lain. [62]

7.      Anaximandros (590 – 528 SM)
a.       Menurut dia prinsip terakhir itu ialah to apeiron : yang tak terbatas" (peras = batas). Apearon itu bersifat ilahi, abadi, tak berubah dan meliputi segala-galanya. Dari sebab  itu Anaximandros tidak puas dengan menunjukkan salah satu anasir sebagai prinsip terakhir, melainkan ia mencari sesuatu yang lebih mendalam, yang tidak dapat diamati oleh panca indra. [63]
b.      Menurut pandangannya labgi itu bulat seperti bola, bumi terkandung ditengah-tengahnya, bangunnya sebegai selinder, bulat panjang, dan datar pada atasnya.
Anaximandros mencari akan asal dari segalanya. Yang asal itu, yang menjadi dasar alam dinamai oleh Anaximandros "apeiron”. Apeiron itu  tidak dapat dirupakan, tak ada  persamaannya dengans alah satu barang yang kelihatan di dunia ini. [64]
c.       Anaximandros mengatakan bahwa dasar  pertama itu ialahzat yang tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinamai to aperion. [65]
d.      Anaximandros terkenla dengan teori " firs principle" (asal pertama) asal yang pertama itu dinamakan " apeiron" kesimpulan teori itu adalah:
-         Dari apeiron itulah timbulnya alam ini
-         Apeiron itu tiada terakhir (kekal) dan tiada berhenti-henti bekerja, karena yang dijadikan apeiron itu tidak terhingga banyaknya, sebagai yang kelihatan, sebab itu apeiron adalah harus kelal, tidak berakhir, dans elalu bekarja.
-         Segala yang kelihatan itu, yani yang dapat diatangkap oleh panca indra adalah barang yang berakhir (yang mempunyai batas), sednagkan apeiron tidak.
-         Segala yang dapat dilihat dan diraba itu selalu dalam perbahan dan kejadian. Ia  jadi hidup, kemudian mati dan lenyap, sedangkan apeiron tidak. [66]

8.      Herakleitos (535 – 475 SM)
a.       Ia mengatakan satu saja anasir yang asal, yang menjadi pokok alam dan segala-galanya, anasir yang asal tu memenuhi pendapatnya, api.  Api itu lebih daripada air dan ucara, dan setiap orang melihat sifatna sebagai mudah bergerak, ada mudah bertukar rupa.[67]
b.      Kesimpulan filsafatnya  adalah nasir yangs atu adalah api. Bahwa api itu lebih dari air dan udara, api sifatnya bergerak dan mudah bergantu warna, api membakar semuanya, jadi api kemudian jadi abu segalnaya menjadi api, dan api berubah menjadi semuanya. [68]
c.       Pokok-pokok  filsafat Herakleitos adalah sebagai berikut :
a)      Unsur yang asal yang jadi pokok bagi alam dan segalanya ialah api.
b)      Segala benda ala mini selalu berubah, tak ada yang tak berubah
c)      Kemajuan timbulnya dari pertentangan dan perjuangan
d)      Alam ini tertib, karena adanya undang-undnag alam. [69]
d.      Sebagai inti pemikiran Herakleitos boleh ditunjukan keyakinannya bahwa tiap-tiap benda terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan dan bahwa hal-hal yang berlawanan itu tetap mempunyai kesatuan, dengan lebih singkat yang satu adalah banyak adalah satu. [70]
e.       Menurut Herakleitos dengan istilahnya sendiri, panca chai artnya " semua mengalir, satu-satunya realitas adalah perubahan, tak terdapat yang tetap, realitasnya ialah peruabhan dan menajdi satu. Sebab itu filsafatnya disebut filsafat menjadi. [71]
f.        Filsfata adalah filsafta tentang " menjadi " tidak ada satupun yang betul-betul berada, sebab semuanya " menjadi, segala sesuatu yang ada bergerak terus menerus, begerak secara abadi, segala sesuatu berlalu dan tiada sesuatu dan tiada yang tetap. [72]
9.      Plato (427 – 347 SM)
a.       Dunia yang sebnarnya itu dunia idea, idea-idea yang ada dsama itu realitas yang sebenarnya yang merupakan contoh dari pawing bagi hal didunia ini. Manusia it terus menerus ada di dunia bayanga-bayang aja. Melainkan haruslah ia kembali kasalamulanya untuk selama-selamanya memandangi idea-idea itu dengan idea tertinggi adalah idea " kebaikan"[73]
b.      Intisari pada filosofs plato adalah pedapatnya tentantang idea itu adalah suatu ajaran yang sangat sulit memahaminya.s alah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakannya sebagai teori logika. Kemudian meluas menjadi padangan hidup. Menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik social dan mencakup pandangan agama. [74]
c.       Plato berpendapat bahwa suatu masyarakat harus dibangun atas 3 lapisan sesuai dengan 3 daya utama yang menajdi sumber perilaku manusia. Plato berpendapat  bahwa perilaku mansuia bersumber pada 3 daya utama yaitu : gairah, perasaan, kecerdasan, masing-masing dengan pusatnya di perut, di dada, dan di kepala.[75]
d.      Ajaran tentang ide-ide merupakan inti dan dasar seluruh filsafat plato bagi idea-idea merupakan sesuatu yang objektif, ada ide-ide  terlepas dari sbjek yag berfikir ide-ide tidka diciptakan oleh pemikiran kita. Ide-ide tidak tergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran tergantung pad aide-ide. Justru karena ide-ide yang berdiri sendiri pemikiran kita dimungkinkan pemikiran itu tidka lain dari pada menaruh perhatian kepada ide-ide itu.
Jadi pemikiran yang dikemukakan oleh plato pada zaman yunani kuno itu adlaah semua bersumber dari ide, karena ide adalah intisari dan dasar dari pemikiran. [76]

10.  Aristoteles (384 – 225 SM)
a.       Adapun ajaran-ajaran filsafat Aristoteles sebagai berikut : logika sebaga ajaran tentang berfikir yang secara ilmiah, yang membicarakan hal bentuk-bentuk pikiran tu sendiri (pengertian, pertimbangan dan penalaran) dan hukum-hukum yang mengatasi pikiran itu, yang ada sebagai potensi ini pada dirinya bukanlah sesuatu, sekalipun dapat menjadi sesuatu " yang ada " sebagai potensi ini senantiasa cenderung menjadi " yang ada secara terwujud ", sehingga yang ada sebagai potensi dapat dipandang sebagai perealisasian dari " yang ada" secara terwujud. Secara hakiki keduanya harus dibedakan, akan tetapid apay dipisah-pisahkan. [77]
b.      Filsafat-filsafat Aristoteles adalah sebagai berikut : tentang alam dalam padangan alam meliputi semuanya yang berhubungan dengan materi dan bahan-bahan yang bergerak dan diam, tentang etika, adapun tingkahlaku manusia ini ditujukan kepada kebahagiaan, sebetulnya semua tindakan tertujukan kepada kebahagiaan.[78]
c.       Adapun Aristoteles. Selain berdasarkan kepada pikiran, juga berdasarkan  kepada penglihatan, pengalaman dan perbandingan, tentang ketuhanan, khalik itu ada (wajib wujud), khalik yang wajibul wujud itu tiada berubah-ubah. Alam itu menuju kepada kenaikan dan kesempurnaan. Filsafa jiwa manusia itu mempunyai  jia, kesenangan jiwa diakherat.[79]
d.      Filosofis alam dalam pandangan Aristoteles. Alam meliputi semuanya yang berhubungan dengan materi dan badan-badan yang bergerak dan diam, perubahan atau gerakan dalam arti las dapat dibagi dalam timbul dan lenyap, gerakan dalam arti terbatas merupakan perubahan kwalitas perubahan kwalitas dan peruabhan tempat. [80]

1.      Hasil Karya Plato
-         Otentitas
Tidak semua karya yang disebut sebagai berasal dari plato boleh dianggap otetik. Kita mempunyai suatu daftar yang berasa dari tahun % sekitar awal tarikh masehi dan agaknya disusun oleh dua sarjana alexsandria yaitu thrasylas dan dekylides. Daftar ini menyebut 36 karya plato (surat-suart dihitung sebagai satu karya) kini kebanyakan ahli  sepakat dalam mengatakan bahwa dari, 36 karya ini enam dialog berikut itu tidak dapat dianggap otentik : al kibiasles II, Hipparkhas, erastai, theages, khitophoi, minos, otensitas 6, karya lain lagi dipesoalkan, alkibiades 1 ion, mendyenos, hippies, maior, epinomis, surat-surat 
-         Kronologi
Dialog-dialog plato atas 3 periode :
-         Apologia , kriten, eutyphron, lakhes, kharmides, lyssi, hippies, nino, menon, geogias, protogoras, euthydemos, kratylos, phaidon, symmposion.
-         Politeia, phaidros, parmindes, theaitetas.
-         Sophites, politicos, philebos, timolos, kritias, nomoi. [81]

2.      Hasil Karya Anaximandros
Ia mengarang sebuah risalah dalam prose (yang pertama dalam kesusastraan Yunani). Tetapi sekarang tinggal satu pragmen saja.
3.      Hasil Karya Parmides.
Parmides mengarang filsafatnya dalam  bentuk pusi, syair paramides  terdiri dari prakata dan 2 bagian yang masing-maisng disebut jalan kebenaan dan jalan pendapatnya. Prakarta dan bagian pertama hamper lengkap  disimpan yaitu III ayat. Dari bagian itu hanya mempunyai 42 ayat saa. Menurut dugaan  H Dielas itlah sepersepuluh dari tex asli. [82]

4.      hasil karya geogias
Georgias menulis suat buku yang berjudul " tentang yang tidak ada atau tentang alam".
Dalam buku ini ia mempertahankan 3 pendirian :
1.      tidak ada satupun
2.      seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal
3.      sendainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain.[83]

5.      Hasil karya aristoteles
a.       karya-karya yang sifatnya  lebih kurang popules yang diterbitkan oleh aristoteles sendiri, daftar diagnosa laertios menyebut 19 karya yang termasuk golongan ini.
b.      Karya-karya yang mengumpulkan bahan-bahan  yang dapat digunakan dalam risalah-risalah ilmiah
c.       Karya-karya yang dikarang aristoteles sehubungan dengan  pengajarannya.[84]

6.      Hasil karya thales
-         Thales berhasil mengukur jarak yang tidak diketahui (tingginya piramida,jauhnya kapal dilaut)
-         Ia membawa ilmu ukur dari mesir kenegri yunani[85]

7.      Hasil karya zeno
-         Argumentasi tentang melawan ruang kosong
-         Argumentasi melawan pluralitas
-         Argumentasi melawan gerak [86]

8.      Hasil karya herokleitos
  • Heraklaites menulis suatu buku, buku sendir sudah hlang tetapi 130  fragmen disimpan   lagi, semua pragmen ini tidak lain daripada amsai-amsai pendek yang terdiri dari amsai-amsai serupa itu. Tidak mustahil bahwa dengan menggunakan gaya bahasa ini heraklaitos mau meniru orakel atau sabda dewata yang diberikan di kota delphoi, tempat ziarah untuk seluruh helas. [87]

9.      Hasil karya protogoras
-         Protogoras mengarahkan sejumlah buku . hanya beberapa fragmen pendek masih disimpan. Tetapi ajarannya dapat ditetapkan, karena gagasan protogoras ramai dipersalkan di kemudian hari, plato merupakan sumber yang utama khususnya kedua dialognya yang berjudul : thealetas dan protogoras.
Diantaranya karya-karya yang lain a dalah :
a.       Aletheia (kebenaran)
b.      Antilogikal (pendirian yang bertentangan)
c.       Tentang keadaan yang asali, tentang asal usul Negara
d.      Peri theon(perihal dewa-dewa)[88]

10.  Hasil karya Socrates
Menurut karya aristoteles tentang  sociates diantaranya tentag komed yang berjudul burung-burung dan katak-kata dan dalam komedi yang bernama awan-awan yang untuk  pertamakalinya dipentaskan  pada tahun 423, socrates adalah pelaku yang utama.
-         Karya xenophon  tentang Socrates diantaranya adalah memorabilia (kenang-kenangan akan Socrates)
-         Karya plato tentang Socrates adalah nomoi yang didalamnya Socrates bercakap dengan sahabat-sahabatnya dan orang-orang lain. [89]
           









                                                                                  










FILSAFAT ABAD MODEREN

A.     Renessance
Ini istilah bahasa Perancis. Dalam bahasa latin, re  + Nasci lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan  untuk menunju berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke  16.
            Dari berbagai perdebatan tentang Renaissance, yang dapat diambil ialah bahwa  Renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah  abad kegelapan sampai muncul abad moderen. Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, diantara perkembangan  itu terjadi juga menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah munculnya penelitian dan empiris  yang lebih giat.
            Pada filsafatnya cirri-ciri Renaissance adalah menghidupkan  kembali Renaissance Yunani (Renaissance), indivudualisme, humanisme, lepas dari  pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang, tetapi bukanlah hanya descrates yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalisem pertama di serius  pada zaman moderen memamng Descartes. [90]

B.     Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperolah pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengalami obyek empiris, maka Rasionalisme mengajakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau  kaidah-kaidah logika.
            Rasionalisme ada 2 macam :  dalam bidang agama, (lawan autoritas), dan dalam bidang filsafat (lawan empirisme).
            Pada zaman filsfat, tokoh Rasionalisme adalah Descartes,  bersamaan dengan akan dibicarakan juga tokoh besar Rasionalisme di kembangkan secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh Rasionalisme dalam sejarah. [91] 

C.     Idealisme
Di dalam filsafat, Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami  dalam ketergantungannya pada jiwa (Mind) dan sprit (roh). Istilah ini diambil dari ide-ide, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
            Reese (1980 : 243) meringkas berbagai tipe filsafat idealisme sebagai berikut :
  1. Schelling menamakan idealisme fichte adalah Idealisme subyektif karena  bagi fiohte dunia adalah suatu tempat memahami subjek.
  2. schelling menyebutkan filsafatnya pada masa pertengahan perkembangan pemikirannya Idealisme obyektif akan menurut pendapatnya, alam adalah sekedar intelegensi yang dapat dilihat (visible intelligence).
  3. Hegel dapat menerima adanya penggolongan menjadi Idealisme subyektif dan Idealisme obyektif.
  4. Kant menyebutkan filsafatnya Idealisme transcendental atau Idealisme kritis certical Idealisme.
  5. Pendapat yang mengatakan bahwa seseorang  hanya dapat kontak dengan idea-idea, atau pada kesempatan tertentu dengan sosok-sosok fisik. Kadang-kadang disebut Idealisme epistemologis (epistemological Idealisme). Dan  lain-lain.


Dan masih banyak lagi diantaranya. Adapun tokoh pentin dalam filsafat Idealisme, yaitu finchte, sshelling dan Hegel. [92]

D.    Empirisme
1.      Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal.

Ada 2 ciri pokok Empirisme yaitu : mengenai teori tentang makan dan teori tentang pengetahuan.
Teori makna pada aliran Empirisme bisanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep pada abad pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus nihil est in intellectu guod noun prius felent in sesu (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain di dahuluan oleh pengalaman).
Menurut Locke jiwa (mind) itu. Tatkala orang dilahirkan, keadaanya kosong, laksana kertas putih atau tabulasa rasa, yang belum ada tulisan diatasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah dating dari pengalaman, yang dimaksud dengan pengalaman di sisni ialah pengalaman inderawi. Atau pengetahuan itu dating dari observasi yang kita lakukan  terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh locke disebut pengetahuan, menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti " setiap kejadian tentu mempunyai sebab". Dasar-dasar matematika, dan beberapa prnsip dasar etika dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya  yang dikenal dengan istilah kebenaran 2 periode yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme menolak itu, tidk ada kemampuan intuisi rasional kita. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran 2 posteori. [93]

2.      Empirisme memang peranan amat penting bagi pengetahuan, malahan barangkali stu-satunya dasar pendapat itu disebut Empirisme.

Menurut Francis Bacon cara mencapai pengetahuan itupun segera nampak dengan jelasnya. Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan memperjuangkan induksi.
Menurut Thomas Hobbes, (penganut Empirisme), bahwa persentuhan dengan indra (empiri) itulah yang menjadi  pangkal  dan sumber pengetahuan. Disini  John Locke memperguankan istilah sensation dan reflection. Reflection itu pengenalan intuitif serta memberi pengetahuan kepada manusia  lebih baik, lebih penuh dari pada sensation. Sensation merupakan suatu yang merupakan hubunagn dengan dunia luar, tetapi tidak dapat meraihnya dan tak dapat mengerti kesungguhannya. [94]

E.     Pragmatisme
1.      Kata Pragmatisme Diambil dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan

William James mengatakan bahwa secara ringkas Pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui.
Sebenarnya istilah Pragmatisme lebih banyak berarti sebagai metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang  sebagai suatu doktrin kefilsafatan.
Willian James (1842-1910) adalah tokoh yang paling bertanggung jawab yang membuat Pragmatisme menjadi terkenal di seluruh dunia. James lahir di New York City pada tahun 1842, anak Henry James, Sr   
            Pragmatisme, menurut James, mempraktikkan tuntutan manusia dan tuntutan filsafat. Penggabungan kedua-duanya itulah yang disebut melionisme, yaitu suatu konsep  yang ingin mengenali kedua ekstermitas tadi dengan demikian, Pragmatisme james lebih uas daripada Togh dan tender Minded.
            Yang pertama yang harus dipahami dalam filsafat moral James ialah bahwa kemauan itu lebih dari sekedar intelektual. Seklaipun ketika kita harus mempunyai pandangan moral tertentu, hal itu tidak dapat diperoleh hanya dengan menggunakan akal murni atau semata-mata dengan analisis teoritis. Pandangan moral hanya akan ada bila diperlkan oleh seseorang.
            James membawakan Pragmatisme. Isme  ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah  William James DAN John Dewey. Yang paling merusak dalam filsafat mereka itu diantaranya pandnagan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri. [95]
 
2.      Menurut William James (1842  1910) pengertian atau putusan itu benar jika pada praktek dapat dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru.

Menurut  John Dewey (1859 – 1952) tak adalah sesuatu yang tetap. Manusia itu tergrak dalam kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia dalam pada itu menjumpai kesulitan. Maka mulai ia berfikir untuk mengatasi kesulitan itu, maka dari ituberfikir tidaklah lain dari pada alat untuk bertindak. Sifat-sifat bagi penganut-penganut yang dinamai orang eksistensialisme itu :
  1. Orang  mengyuguhkan dirinya (existere) dalam kesungguhan yang tertentu
  2. Orang harus berhubungan dengan dunia
  3. Orang merupakan kesatuan (sebelum ada perpisahan antara jiwa dan badanya)
  4. Orang berhubungan dengan ada.

Tujuan dari pikiran eksistesialisme adalah mengartikan akan realitas seluruhnya, untuk menyadari apakah sebenarnya mengerti itu, maka orang harus mempunyai pengetahuan tentang manusia, yang tahu itu.
            Adapun tokoh-tokohnya adalah : soren kiekegaard, Martin Heidegger, Karl Jaspers, Gabriel Marcel ada yang konkrit, dalam eksistensi yang individual. Eksistensi manusia ialah berdosa.
            Menurut Heidegger : ada nampak pada eksistens aku dalam analisir dasar yang tertentu, yang disebutnya existenzialen, misalnya sebagian ada di dunia. [96]






[1] Endang Saifuddin  Anshari, 1987, Ilmu Filsafat, Surabaya , PT. Bina Ilmu
[2] ibid, Endang Saifuddin Anshari
[3] Hamdani Ihsan, 1998, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung , CV. Pustaka Setia, 9
[4] Ahmad Tafsir, 1990, Filsafat Umum 1, Penerbit Rosdakarya, 9
[5] Juhaya S. Praja, 1997, Aliran-aliran filsafat, bandung , yayasan piara, 1
[6] Ahmad Tafsir, 1994, filsafat umum, remaja rosdakarya, bandung , 4
[7] Hasbullah Bakry, 1981, sistematik filsafat, Widjaja, Jakarta ; 12
[8] Ahmad Tafsir, 1990, Filsafat umum, PT. Rosda, bandung , 20
[9] Ibid, ahmad tafsir, 21
[10] Dr. Jalaludin & Drs. Usman Said 1, 1994, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta ; PT Rajagrafindo Persada, 27
[11] Ibid, Dr. Jalaludin & Drs Usman Said 1, 29
[12] Op Cit. Dr. Jalaludin & Drs. Usman Said 1, 31
[13] Endang Saifuddin Anshari, 1987, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya , Bina Ilmu, 85
[14] Endang Saifuddin Anshari, 1987, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya , Bina Ilmu, 80
[15] Ibid, Endang Saifuddin Anshari, 81
[16] Jan Hendrik Rafer, 2002, Pengantar filsafat, Yogyakarta ; PT. Kanisius, 29
[17] Sidi Gazalba, 1981, Sistematika filsafat, PT. Bulan Bintang, 133
[18] Zuharrani, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta ; Bumi Aksara, 8
[19] Endang Saifuddin Anshari, 1987, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya , Bina Ilmu, 102
[20] Dr. Jalaludin & Drs. Usman Said 1, 1994, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta ; PT Rajagrafindo Persada, 18
[21] Jujun S. Suriasumantri
[22] Ibid, Jujun S. Suria Sumantri, 42
[23] Op Cit. Jujun S. Suria Sumantri, 44
[24] R.G. Soekadijo, 1991, Logika dasar, Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama, 7
[25] Jujun S. Suriasumantri, 2003, filsafat umum, Jakarta ; PT. Sinar Harapan.
[26] Hasbullah BAkry, 1981, sistematik filsafat, Widjaja, Jakarta ; 18
[27] Juhaya S. Praja, 1997, Aliran-aliran filsafat, bandung , yayasan piara, 25.
[28] Jujun S Suriasumantri, 1995, Filsafat Ilmu, Jakarta , Pustaka Sinar Harapan, 55
[29] Jujun S Suriasumantri, 1995, Filsafat Ilmu, Jakarta , Pustaka Sinar Harapan, 50
[30] Ibid, Jujun S Suriasumantri, 52
[31] Op. cit. Jujun S Suriasumantri, 54
[32] Asmoro Achmadi, 1995, Filsafat umum, Raja Grafindo persada, Jakarta , 17
[33] Ibid, Asmoro Achmadi, 19
[34] Sidi Gazalba, Sistematika filsafat, Bulan Bintang, Jakarta ; 1992, hal. 59
[35] Mohmmad Hatta, Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1980, hal 7
[36] Prof. Dr.K. Bertens,  Sejarah Filsafa Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 1999, hal 35
[37] Drs. H.M. Ghozali Badrie, Drs, Damanhuri Fattah,  Filsfat Umum, Gunung Persagi, Bandar Lampung, 193, hal 15.
[38] Dr. Harun Hadiwijono,  Sari Filsafat Barat I,  Kanisius, Yogyakarta , 1980, hal 16
[39] Drs. M. Baharudin,  Pengantar Kealam Pemikirin Filsafat,  Fakultas Ushuluddin IAIN Raden intan, Bandar Lampung, 1995, hal 24.
[40] A. Syadali dan Mudzakir,  Filsafat Umum,   Bandung , Pustaka Setia, 2004. hal 40.
[41] Prof. Dr.K. Bertens,  Sejarah Filsafa Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 1999, hal 62
[42] Mohmmad Hatta, Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1980, hal 25
[43] Dr. Harun Hadiwijono,  Sari Filsafat Barat I,  Kanisius, Yogyakarta , 1980, hal 25
[44]Drs. H.M. Ghozali Badrie, Drs, Damanhuri Fattah,  Filsfat Umum, Gunung Persagi, Bandar Lampung, 193, hal 27
[45] Drs. M. Baharudin,  Pengantar Kealam Pemikirin Filsafat,  Fakultas Ushuluddin IAIN Raden intan, Bandar Lampung, 1995, hal 31
[46] A. Syadali dan Mudzakir,  Filsafat Umum,   Bandung , Pustaka Setia, 2004. hal 62-64
[47] Prof. Dr.K. Bertens,  Sejarah Filsafa Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 2000, hal 67
[48] Mohmmad Hatta, Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1998, hal 80
[49] Dr. Harun Hadiwijono,  Sari Filsafat Barat I, kanisius, Yogyakarta , 1980, hal 36
[50] Poedjawi jatma, Pembimbing kerah Alam Filsafat,   Jakarta , PT Rineka Cipta, 1994, hal 30
[51] Mohmmad Hatta, Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1998, hal 21
[52] Drs. M. Baharuddin,Pengatar Kealam Pemikiran Filsafat,  Fak. Ushuluddn, IAIN Raden Intan, Bandar Lampung, 1995, hal 29.
[53]K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 1999, hal 59
[54]A. Syadali dan Mudzakir,  Filsafat Umum,  Pustaka Setia, Bandung , 2004. hal 54
[55] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 2000, hal 34
[56]Mohamamd Hatta, Alam Pemikiran Yunani, Tintamas Indonesia , Jakarta , 1998, hal 64
[57]Harun Hadiwijono, Sari  Filsfat Barat I,   Yogyakarta , kanisius, 1980, hal 21
[58]M. Baharuddin  Pengantar kelalam Pemikiran Filsfat,  Bandar Lampung, Fak Ushuluddin, IAIN, Raden Intan, 1995, hal 27.
[59]Moh. Hatta,  Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1998, hal 66
[60]M. Baharuddin, Pengantar kealam pemikiran filsafat,  Fak. Ushuluddin, IAIN Raden Intan, Bandar Lampung, 1995, hal 39.
[61] K. Bertens,  Sejarah Filsafta Yunani,  Kanisius, Joyjakarta, 2000, hal 90
[62] Harun Hadiwijono,  Sari Filsfaat Barat I,  kanisis, Jogyakarta, 1980, hal 34
[63]K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,  Kanisius, Jogyakarata, 2000, hal 37
[64]Moh. Hatta,  Alam Pikiran Yunani,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1998, hal 90
[65]R.Poedjawijatno,  Pembimbing kearah Alam Filsafat,Jaarta PT Rinek aCipta, 1994, hal 23.
[66]Ghazali Badrie dan Damanhuri Fattah,  Filsfat Umum, Gunung Persagi, BANDAR Lampung, 1993, hal 18.
[67]Moh. Hatta, Alam Pikiran Filsfat,   Tintamas , Indonesia ,Jkaarta, 1986, hal 15
[68]M. Bharuddin,  Pengantar Kealam Pemikiran Filsafat,  Fak. Ushuluddin, IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 1995, hal 27.
[69]Ghozali Badrie dan Damanhuri Fattah,  Filsfat Umum, Gunung Persagi, Bandar Lampung, Bandar lampung, 1993
[70] K. Bertens,  Sejarah Filsfat Yunani,  Kanisius, Yogyakarta , 2000, hal 34.
[71]R. Poedjawijatna, Pembimbing KERAH Alam Filsafat, PT Rineka Cipta, Jkarta, 994, hal 7.
[72]Harun Hadiwijono,  Sari Filsafat Barat I,  Kanisius, Jogyakarta, 1980, hal 21. 
[73]Poedjawijatna, Pembimbing Kearah alam Filsafat,  PT Rneka Cipta, Jakarta , 1994, hal 34.
[74]Moh Hatta, Alam Pikiran Yunani, Penerbit UL-Press Tintamas cet 3, Jakarta , 1986, hal97.
[75]Fuad Hasan,  Pengantar Filsafta Barat I,  Jaya, Jkaarta, 2001, hal 31
[76]K. Bertens,  Sejarah Filsfat Yunani,  Kanisius, Jogyakarta, 2000, hal 129.
[77]Harun Hadiwijono,  Sari Filsafat Barat I,  Kanisius, Jogyakarta, 1980, hal 48. 
[78]M. Baharuddin,  Pengantar Kealam Pemikiran Filsafat, Fak. Ushuluddin, IAIN Raden INtan, Bandar Lampung, 1995, hal 44.
[79] Ghazali Badrie, Damanhrui Fattah,  Filsfat Umum,  Gunung Persagi, Bandar Lampung, 1993. hal 81
[80]Moh. Hatta,  Alam Pikiran Filsafat,  Tintamas Indonesia , Jakarta , 1986, hal 130.
[81]K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta ; Kanisius, Cet. 19. 2003, hal 120-123. 
[82]K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 58 
[83] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 90
[84] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 157 - 159
[85] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 34-35
[86] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 62-63
[87] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 53
[88] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 34-35
[89] K. Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani,   Yogyakarta , kanisius, cet 19 , 2003, hal 120-123
[90]A. Tafsir,  Filsafat Umum, PT Remaja Rosda Karya, Bandung , cet 3, 1993, halm : 109 - 111
[91]A. Tafsir,  Filsafat Umum,  PT Remaja Rosda Karya, Bandung, Cet 3, 1993, hlm 111-112
[92] A. Tafsir, Filsafat Umum,  PT Remaja Rosda Karya. Bandung cet 3, 1999 hal 127 - 129
[93]A. Tafsir,  Filsafat Umum,  PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, cet 3, 1993, halm 136 - 137
[94]Poedjawihatna,  Pembimbing kearah  alam Filsafat,  PT Rineka Cipta, Jakarta , 1983, hlm 103-105.
[95]A. Tafsir,  Filsafat Umum,  PR Remaja Rosda Karya, Bandung, cet 3, 1993, hlm 166 - 190
[96]Prof. Ir. Poedjawijatna,  Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat,  PT Rineka Cipta, Jakarta , 1983, hlm 142-148.


0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis

banner a href="http://www.justbeenpaid.com/?r=XHhV4Ln94t"> banner