MAU DUIT?!!!

Kamis, 22 Maret 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI : KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER INDONESIA 1983-2001)

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI : KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER INDONESIA 1983-2001)

Ilmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang membahas masalah tingkat laku perekonomian secara keseluruhan, seperti tingkat kemakmuran, keluaran barang dan jasa, total perekonomian, laju pertumbuhan dan lain-lain. Ia juga sangat berkepentingan terhadap masalah peningkatan output dan lapangan kerja sepanjang waktu tertentu. Untuk mempelajari kondisi perekonomian secara keseluruhan, makro ekonomi memusatkan perhatian kepada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut, seperti perilaku konsumsi, investasi, faktor penentu perubahan, kebijakan fiskal dan moneter, stok uang beredar, APBN, suku bunga dan utang pemerintah.

Ilmu Ekonomi Makro tidak hanya menarik karena ia membahas berbagai masalah penting, tetapi juga sangat menantang dan merangsang, karena ia dapat mengurangi kadar kompleksitas yang terkandung di dalam perekonomian ke tingkat yang mudah dikendalikan. Esensi ini terletak pada interaksi antar barang, tenaga kerja dan pasar modal dari perekonomian antar negara yang saling menggalang hubungan perdagangan timbal balik. Untuk membahas esensi tersebut, tidak perlu bersusah payah memusatkan perhatian terlalu rinci terhadap tingkah laku individual seperti rumah tangga dan perusahaan atas proses penentuan harga pada pasar-pasar tertentu, karena ini lebih tepat untuk dijelaskan melalui ekonomi mikro.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa makro ekonomi berhubungan dengan penentuan keluaran ekonomi, tingkat harga, suku bunga dan variabel lainnya yang dinamakan dengan perhitungan pendapatan nasional. Pendapatan nasional ini dinamakan dengan NP (National Product) atau Produk Nasional. NP ini akan diasumsikan sama dengan pendapatan total yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara dan juga sama dengan pengeluaran total. Kondisi ini dinamakan skedul equillibrium pasar barang dan jasa, atau kebijakan fiskal (fiscal policy) yang disimbolkan dengan kurva IS (IS Curve).
Likuiditas uang beredar, harga barang dan jasa serta Bank Sentral di Indonesia, direpresentasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan tidak mendapat tempat dalam model penentuan pendapatan. Namun, kenyataannya uang mempunyai peranan penting dalam penentuan pendapatan dan tenaga kerja. Suku bunga menjadi faktor penting dalam pengeluaran agregat, Bank Sentral serta kebijakan moneter. Kebijakan ini akan disimbolkan dengan LM Curve (Kurva LM).
Tulisan ini akan mencoba menganalisis keseimbangan (Equillibrium) antara pasar barang (IS) dan pasar uang (LM) untuk kasus di Indonesia. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah studi literatur dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh BI, ADB (Asian Development Bank) dan BPS. Keluaran yang diinginkan dari tulisan ini adalah sejarah perkembangan kebijakan fiskal dan moneter sejak tahun 1983 – 2001.

Perumusan Masalah
Untuk melihat efektifitas dari sebuah kebijakan perekonomian di Indonesia, maka harus dilihat titik keseimbangan (equillibrium) antara kurva IS dan kurva LM. Titik keseimbangan ini tidak dapat hanya dilihat dari satu tahun saja, melainkan untuk kurun waktu tertentu. Keluaran dari bentuk-bentuk kurva ini dapat dilihat dari data-data sekunder yang telah ada. Namun, akan muncul beberapa pertanyaan, yaitu :
  1. Bagaimana bentuk struktur model perekonomian Indonesia sesungguhnya ?
  2. Apakah pengaruh struktur model perekonomian Indonesia terhadap realitas sehari-hari ?
  3. Pengaruh-pengaruh apa saja yang terjadi dari turun/naiknya kurva tersebut ?
  4. Apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah tepat dalam menangani kebijakan makro ekonomi ?
Batasan Masalah
Tulisan ini akan membatasi permasalahan pada :
  1. Analisa Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia dari tahun 1983 – 2001.
  2. Mencari Model Kebijakan Fiskal dan Moneter dari data-data sekunder.
  3. Melihat Efektifitas Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia pada kurun waktu tersebut.
Pada masa pemerintahan Presiden Suharto (yang diambil pada paruh waktu 1982 – 1983) terlihat :
  1. Kondisi normal tetapi fluktuatif, namun kecenderungan interest rate nya tinggi.
  2. Pada saat-saat tertentu (menjelang pemilu 1986-1987, 1992-1993) terjadi sesuatu yang menyimpang. Dimana tingkat konsumsi nasional melebihi dari pendapatan nasional. Berarti ada sumber dana lain (non budgeter) di luar pendapatan nasional yang dibelanjakan pada saat itu.
  3. Mulai tahun 1994 – 1996 sudah tampak gejala akan timbulnya krisis moneter. Dari data terlihat kebijakan fiskal maupun moneter tidak efektif karena pada saat itu pemerintah dalam posisi yang sulit untuk mengendalikan kebijakan perekonomian.
  4. Tahun 1996 – 1998 : Kebijakan fiskal seolah-olah normal, namun kondisi moneter sangat memprihatinkan. Pada saat inilah terjadi reformasi yang mengakibatkan terjadinya pergantian pemerintahan.
Pada Masa pemerintahan Presiden Habibie (1998 – 1999) :
Kondisi fiskal normal. Kondisi Moneter cenderung masih sensitif terhadap perubahan. Hal Kondisi ini merupakan dampak dari kebijakan moneter pemerintahan sebelumnya yang sangat memprihatinkan. Namun dalam kurun waktu satu tahun, kondisi moneter sudah lebih membaik.
Pada Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (1999 – 2001).
Kondisi kebijakan fiskal normal, namun kebijakan moneter tidak efektif (tidak berjalan dengan normal).


1 komentar:

ShareThis

banner a href="http://www.justbeenpaid.com/?r=XHhV4Ln94t"> banner