MAU DUIT?!!!

Jumat, 23 Maret 2012

B. Ind


  1. Unsur-Unsur Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Disini,  Gorys Keraf  memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang di dahului dan di ikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang di batasi oleh adanya jeda panjang yang di sertai nada akhir turun atau naik.
Kalimat minimal terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek.kedua kalimat itu merupakan unsur yang kehadirannya selalu wajib. Di samping kedua unsur itu, dalam suatu kalimat kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat di hilangkan tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pila yang tidak. Hal ini akan lebih jelas kalau kita memperhatikan contoh  (1) berikut:
(1)                       Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.
Kalimat (1) itu terdiri atas lima konstituen: (i) barangkali, (ii) mereka, (iii) menghadiri,(iv) pertemuan itu, dan (v)  kemarin sore. Dari kelima konstituen itu, hanya barangkali dan kemarin sore yang dapat di hilagnkan tanpa  mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, sedangkan yang alin tidak. Jadi, pada contoh berikut kalimat (2-4)  dapat kita terima, tetapi kalimat (5-7) tidak.
(2)           Mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.
(3)           Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu.
(4)           Mereka menghadiri pertemuan itu.
(5)           (barangkali) menghadiri pertemuan itu (kemarin sore).
(6)           (barangkali) mereka pertemuan itu (kemarin sore).
(7)           (barangkali) mereka menghadiri (kemarin sore).

Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat di bedakan unsur kalimat atas unsur wajib dan unsur tak wajib (manasuka). Unsur wajib itu terdiri atas konstituen yang tidak dapat di hilangkan, sedangkan unsur tak wajib terdiri atas konstituen kalimat yang dapat di hilangkan. Dngan demikian, betuk mereka menghadiri pertemuan itu  pada kalimat (1) termasuk unsur wajib kalimat, sedangkan barangkali dan kemarin sore unsure tak wajib. 
Keserasian unsur-unsur  kalimat
Penggabungan dua kata, atau lebih, dalam satu kalimat menuntut adanya keserasian diantara unsur-unsur tesebut baik dari segi makna maupun dari segi bentuk.
1)                   Keserasian Makna
Pada dasarnya orang membuat kalimat berdasarkan pengetahuannya tentang dunia di sekelilingnya sehingga mustahillah rasanya kita temukan kalimat seperti:
(1)                                   a. Batu itu memukul anjing kami.
      b. Kuda kami merokok lima butir jeruk.
Keanehan bentuk (1a) timbul karena verbal memukul menuntut momina orang sebagi pelakunya. Kenyataan bahwa batu itu bukan orang menyebabkan untaian (1a) itu terasa aneh. Keanehan bentuk (1b) juga timbul karena verbal merokok menurut nomina orang sebagai pelakunya serta nomina berwujud batangan sebagai objeknya. Kenyataan bahwa kuda kami bukan orang dan jeruk tidak berwujud batangan mengakibatkan untaian pada (1b) itu terasa aneh.
                Keanehan lain yang dapat timbul adalah keanehan yang di landasi oleh factor budaya suatu bangsa sehingga yang aneh bagi suatu bangsa belum tentu aneh bagi bangsa lain. Perhatikan cotoh berikut:
(2)                a. Bu Fatimah mnceraikan suaminya.
      b. Tuti mengawini Johan minggu depan .
                Verba menceraikan dan mengawini  dalam bahasa dan budaya Indonesia umumnya  menuntut pelaku seorang pria. Seorang pria dapat menceraikan atau mengawini  seorang wanita, tetapi seorang wanita umumnya hanya dapat minta cerai dari suaminya atau kawin dengan seorang pria, dan bukan menceraikan atau mengawini seorang pria, Kedua kalimat di atas terasa kurang tepat untuk di pakai karena alasa budaya kita. Seandainya kalimat seperti itu di pakai, maka akan muncullah citra yang khusus mengenai Bu Fatimah dan suaminya serta Tuti dan Johan.  
                                Perlu ditegaskan bahwa kaidah bahasa tidak sama dengan kaidah susunan kenyataan menurut pengalaman dan pengertian kita. Keluwesan kaidah bahasa justru memungkinkan pembahasan apa saja termasuk keadaan da peristiwa yang serba aneh.
2) Keserasian Bentuk
                Selain tuntutan akan adanya keserasian makna, bahasa Indonesia, seperti halnya dengan kebanyakan bahasa di dunia ini,  menurut adanya keserasian bentuk diantara unsur-unsur kalimat, khususnya antara nomina dan pronominal dan dalam batas tertentu, antara nomina dan verba.
                Penggunaan pronomina sebagai pengganti nomina atau frase nominal yang menyatakan orang tunduk pada kendala jumlah seperti tampak pada  contoh berikut:
(3)                                                                                              a. Pelamar banyak, tetapi mereka tidak memenuhi syarat.
      b. Pelamar banyak, tetapi dia memenuhi syarat.
(4) a. Pelamar ada, tetapi mereka tidak memenuhi syarat.
     b. Pelamar ada, tetapi dia tidak memenuhi syarat. 
                Antesedan pronomina mereka pada (3b) adalah frasa (banyak ) pelamar. Karena itu, pronomina dia (3b) tidak bisa di gunakan sebagai penggantinya. Pada (4) tampak bahwa pronominal mereka dan dia dapat di gunakan karena antesedennya (ada) pelamar tidak jelas bermakna jamak atau tunggal. Pemakaian pronominal  mereka atau dia pada (4) itu bergantung pada konteks wacana.
Pada konstruksi pemilikan yang unsure-unsurnya terdiri atas nomina milik dan pronomina milik  yang antesedennya berupa nomina jamak perlu di perhatikan apakah nomina milik itu merupakan milik bersama atau perorangan. Apabila  pemilikan itu  bersifat perseorangan , maka pronominal yang di gunakan adalah pronomina pronominal persona ketiga jamak yang harus di ikuti partikel masing-masing.
(5)a. Murid-murid itu menyelesaikan tugas  mereka pada waktunya.
     b. Murid-murid itu menyelesaikan tugas mereka masing- masing pada waktunya.
Pada (5a) tugas mengandung makna tunggal; jadi, merupakan nomina milik bersama murid-murid. Pada (5b) perlu di tambahkan bentuk masing-masing sesudah pronomina pemilik untuk menyatakan bahwa tugas itu bersifat perseorangan. Perlu dicatat di sini  bahwa  bentuk pronomina ia pada dasarnya merupakan varian pronominal dia ( pronominal persona ketiga tunggal ). Dalam perkembangan pemakaian, bentuk ia kadang-kadang juga di gunakan untuk benda tuggal.
Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah verba yang menuntut nomina jamak sebagai subjek. Verba demikian biasanya berafiks ber-an. Perhatikan contoh berikut:
(6)a. Pasukan itu berlarian ketika mendengar pesawat terbang merdeka.
b. Kedua anak itu bertengkar ( atau anak itu bertengkar dengan temannya ).
Verba berlarian (6a) menuntut subjek jamak. Demikian pula verba bertengkar(6b).
Verba bersubjek jamak dapat pula di gunakan untuk menyatakan makna jamak nomina takdefinit seperti pada (7) berikut:
(7)a. Kicau burung bersahutan sepanjang hari.
     b. Mahasiswa mengerumuni dia.
     c. Kendaraa lalu lalang di depan rumahnya.
Kehadiran verba bersahutan, mengerumuni, dan lalu lalang pada (7)diatas masing-masing mengisyaratkan bahwa nomina kicau burung, mahasiswa, dan kendaraan mengandung makna jamak. Hal serupa tampak pula pada kalimat yang prediketnya berupa adjektiva yang di ulang seperti pada contoh berikut:
(8)a. Murid disini pintar-pintar.
                 b.Rumah di kampung itu bagus-bagus.
                 c. Buku di toko itu mahal-mahal.
Bentuk pintar-pintar, bagus-bagus, dan mahal-mahal mengisyaratkan bahwa murid, rumah, dan buku mengandung makna jamak dan sekaligus menyatakan makna ‘keberagaman’.
B. Pola Kalimat Dasar
Yang di maksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Setiap kalimat sebenarnya terdiri dari dua unsur saja, yaitu intonasi dan klausa. Namun kadang-kadang dapat di jumpai kalimat yang tidak mengandung klausa, namun telah cukup dengan intonasi.
v      Pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat di nyatakan seperti:
S + P + (O) + (Pel) + (Ket)
Dengan catatan bahwa unsur objek, pelengkap, dan keterangan yang di tulis di antara tanda kurung itu tidak selalu harus hadir dan keterangan dapat lebih dari satu. Dengan kata lain dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis ( subjek, prediket, objek, pelengkap, keterangan ) itu terisi, tetapi paling tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan prediket. Kehadiran konstituen lainnya banyak di tentukan oleh konstituen pengisi kalimat. Perhatikan contoh kalimat.
(1)     a. Dia (S) tidur (P) di kamar depan (Ket)
b. Mereka (S) sedang belajar (P) Bahasa inggris (Pel) sekarang (Ket).
c. Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus(Ket) .
d. buku itu (S) terletak(P) di meja(Ket) kemarin(Ket).
e. Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk saya (Pel) tadi siang (Ket).
f. Ayah (S) membelikan (P) saya (O) baju (Pel) tadi siang(Ket).
g. Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin(Ket).
Pada contoh (1) di atas, konstituen yang di cetak miring dapat di hilangkan tanpa mengakibatkan kejanggalan  kalimat dalam arti bahwa makna kalimat tetap dapat di pahami tanpa harus di ketahui konteks situasi pemakaiannya. Pada contoh di atas tampak bahwa hanya kalimat (1f) yang memilki konstituen pengisi kelima fungsi sintaksis yang disebutkan  di atas.  Sementara itu, tampak pula bahwa kalimat di mulai dengan subjek, kemudian prediket, lalu objek, pelengkap dan akhirnya keterangan jika tiga unsur yang terakhir hadir.
Jika kita mengamati pemakaian bahasa Indonesia, misalnya kalimat-kalimat dalam suatu teks, kita akan menemukan banyak kalimat yang urutan unsure-unsurnya berbeda dari yang di perlihatkan contoh di atas, terutama yang menyangkut letak keterangan dan letak prediket terhadap subjek kalimat. Keterangan dalam bahasa Indonesia banyak jenis dan letaknya  dapat ber[indah-pindah: di akhir, di awal,   dan bahkan di tengah kalimat seperti terlihat dalam contoh berikut:
(2)     a. Dita membeli mangga kemarin.
b. Kemarin dita membeli mangga.
c. Dita kemarin membeli mangga.
Diantara ketiga bentuk pada (2) itu hanya kalimat (2a) yang mengandung informasi tunggal, yaitu mengungkapkan peristiwa Dita membeli mangga dan itu terjadi kemarin. Kalimat (2b) mengandung informasi tambahan bahwa peristiwa Dita membeli mangga itu terjadi kemarin  dan buka hari ini atau hari lain. Kalimat yang sama dapat pula menyatakan informasi tambahan bahwa peristiwa membeli mangga itu merupakan salah satu kegiatan Dita kemarin. Informasi tambahan terakhir ini juga terkandung dalam (2c).
v                        Berdasarkan  pola urutan fungtornya, kalimat dapat di bedakan menjadi kalimat berpola S-P, S-P-O, dan S-P-O-K. secara sederhana sebuah kalimat hanya terdiri dari S-P. Misalnya :
-          Pak Halim pergi.
-          Anak-anak bermain-main.
-          Tuti cantik.
Agar sebuah kalimat menjadi lengkap perlu di kembangkan dengan perluasan objek dan prediket. Contoh:
-          Ibu memasak nasi
-          Asep membaca buku.
-          Firdaus bermain layang-layang di lapangan.
-          Rianti merebus air  di dapur.
Dengan demikian urutan fungtor sebuah kalimat dapat berupa:
S-P                (Subjek-prediket )
S-P-O            (Subjek- Prediket- Objek) 
S-P-O-K        (Subjek- Prediket- Objek – Keterangan )
Tetapi kita sering mendengarkan kalimat dengan susunan terbalik atau inversi. Misalnya: “Pergilah Kau!” atau juga unsur K berada di awal satuan, misalnya, “Sekarang saya berangkat ke Denpasar “. Dengan penjelasan ini tentunya struktur kalimat itu masih dapat di kembangkan menjadi urutan P-S, K-S-P-O.
v      Fungsi-fungsi Sintaksis
1)       Fungsi Subjek dan Prediket
Kalimat tunggal yang terdiri atas dua konstituen, jika di lihat dari aspek fungsi sintaksisnya, selalu berupa prediket dan subjek. Subjek biasanya berada di depan prediket; jadi, letak kiri terhadap pusatnya.
Dalam bahasa Indonesia subjek itu mudah di kenali karena tidak di mungkinkan berupa kategori pronomina interogatif (kata ganti tanya).
Kalimat : Kawannya pulang, terdiri atas dua konstituen, kawannya dan pulang.
Konstituen pulang adalah pusat, dan konstituen yang berupa verba itu adalah prediket. Konstituen pendamping kawannya merupakan subjek. Subjek kawannya letak kiri terhadap prediket pulang dan tidk mungkin diganti pronomina interogatif siapa.
Memang ada kalimat tidak baku siapa pulang? Tetapi bentuk kalimat semacam itu bukan imbangan  bentuk kalimat kawannya pulang. Kalimat siapa pulang ? merupakan variasi bentuk bakunya siapa yang pulang ?. dalam hal ini, konstituen siapa bukanlah subjek melainkan predikat, sedangkan subjeknya adalah konstituen yang pulang. Vriasi lain untuk siapa yang pulang? Adalah yang pulang siapa ? yang memiliki imbangan kalimat semacam  yang pulang kawannya . ( sementara itu variasi dari siapa pulang? Yang berupa pulang siapa? Tidak ada.)
Walaupun kalimat tertentu terdiri atas lebih dari dua konstituen, predikat dan subjek itu itu mudah di kenali karena baik dalam kalimat berkonstituen subjek itu tetap sama. Jadi, dalam kalimat tunggal  Ayah membeli baju baru  dapat segaera di kenali ayah sebagai subjek dan membeli predikat. Demikian pula dalam kalimat tunggal Adik teman Toni akan berkunjung ke rumah neneknya yang tinggal di Jakarta, dapat di kenali bahwa adik teman Toni adalah subjek dan akan berkunjung adalah predikat. Alasannya adalah bahwa Ayah dan adik taman Toni tidak mungkin dapat di ganti oleh pronominal interogatif siapa, sedangkan membeli serta berkunjung berkategori verba. 
2)       Fungsi Objek
Objek dapat di kenal dadri dua cara, yaitu (1) dengan melihat jenis predikatnya  dan (2) dengan memperhatikan cirri khas objek itu sendiri. Dengan melihat jenis predikatnya kita ketahui bahwa predikat berstatus transitif dan aktif, dan predikat yang transitif itu sering di tandai oleh afiks tertentu. Sufiks  -kan dan -i dan prfiks per- misalnya, boleh dikatakan menyatakan ketransitifan. Dengan melihat ciri objek itu berupa –nya  atau juga –ku  dan –mu. Di samping itu, objek itu dapt menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Kalimat “Morten menundukkan Icuk” adalah kalimat tunggal yang memiliki objek, yaitu Icuk.
Konstituen Icuk muncul karena di tuntut oleh predikat transitif yang berafiks   men- + -kan: menundukkan. Bentuk Morten menundukkan saja belum utuh sebagai kalimat dalam bahasa Indonesia. Bahwa nomina Icuk berfungsi objek  tanpa denga adanya bentuk variasi ( Morten menundukkannya  ) dan kalimat pasif (Icuk di tundukkan oleh Morten ).
3)       Fungsi Pelengkap
Orang sering mencapuradukkan pengertian antara objek dan pelengkap, yang juga di namakan  komplemen. Hal itu dapat di mengerti karena kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Perhatikan kedua kalimat berikut:
(3)     Dia mendagangkan barang-barang elektronik do Glodok.
(4)     Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok.
Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik dalam nomina dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi pada kalimat (3) nomina itu di namakan objek. Sedangkan pada (4) di sebut pelengkap.
Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat di lihat pada ciri-ciri berikut:
Objek :       -   Kategori katanya nomina atau nominal,
-          Berada langsung di belakang verba transitif tanpa preposisi,
-          Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif,
-          Dapat diganti dengan –nya.
Pelengkap: - Kategori katanya dapat nomina, verba atau adjektiva,
-          Berada di belakang  verba  semitransitif atau dwitransitif dan dapat di dahului oleh preposisi,
-          Kalimatnya tidak dapat di jadikan bentuk pasif, jika dapat di pasifkan, pelengkap itu tidak dapat menjadi subjek,
-          Tidak dapat di ganti dengan –nya, kecuali jika di dahului oleh preposisi selain di, ke, dari dan akan.
4)       Fungsi Keterangan
Dari keterangan sebelumnya kita tahu bahwa di samping unsure inti atau unsur  wajib kalimat mempunyai pula bukan inti atau takwajib. Seperti telah di nyatakan terdahulu, unsure inti terdiri dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Sebaliknya unsure-unsur yang memberikan keterangan tambahan kapada unsure inti, perhatikan kalimat yang berikut:
(5)    Dia memotong rambutnya.
(6)    Dia memotong rambutnya di kamar.
(7)    Dia memotong rambutnya dengan gunting.
(8)    Dia memotong rambutnya kemarin.
Kalimat (5) terdiri atas tiga macam unsur inti, yakni dia sebagai  subjek, memotong sebagai predikat, dan rambutnya sebagai objek. Tanpa tambahan apapun kalimat itu telah dapat memberika arti yang utuh.
Unsur seperti di kamar (6) dengan gunting (7), dan kemarin (8) adalah keterangan yang sifatnya manasuka, ttapi memberikan makna tambahan kepada kalimat  (5). Wujud keterangan itu dapat berupa nomina tunggal ( seperti kemarin  ), nomina yang berpreposisi (seperti di kamar) , atau bentuk-bentuk lain (seperti minggu ini)
Makna suatu keterangan di tentukan oleh perpaduan makna di antara unsure-unsurnya masing-masing. Dengan demikian, maka keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan gunting mengandung makna instrument  atau alat, dan kemarin menyatakan waktu. 
Jumlah jenis keterangan bergantung pada halus-kasarnya penggolongan keterangan yang berbeda bentuk dan maknanya menjadi stu jenis. Di bawah ini di daftarkan beberapa jenis yang sering di bedakan dalam pembahasan.
1. Keterangan  Tempat        di kamar
                                                 di jembatan
                                                  ke Medan
2. Keterangan Alat               dengan gunting
                                                  dengan mobil
3. Keterangan Waktu           kemarin
                                                    tadi pagi
                                                    bulan yang lalu
4. Keterangan Tujuan              supaya sehat
                                                    untuk kemerdekaan
                                                    bagi nusa dan bangsa
5. Keterangan Penyerta           dengan adik saya
                                                    bersama ibu
                                                    beserta kawan-kawan
6. Keterangan Cara                  secara hokum
                                                    secara hati-hati
                                                    dengan  tersedu-sedu
7. Keterangan Similatif            seperti angin
                                                    bagaikan seorang dewi
                                                        sebagai ketua
8. Keterangan Penyebaban    karena perempuan itu
                                                    sebab kecerobohannya
9. Keterangan Kesalingan      satu sama lain.

                                                             

     
 












0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis

banner a href="http://www.justbeenpaid.com/?r=XHhV4Ln94t"> banner